Ia yang berada di sudut sana
Tertutup debu dan terjepit diantara barang lapuk nan usang
Terlup akan seiring nikmatnya gemerlap duniaku
Ia yang hanya tertutup bisu
Tatkala egoku lebih memilih mereka
Mereka yang menawarkan mimpi & Khayalan untuk duniaku
Ia yang ku pandang remeh
Seolah ia adalah hiasan tak berharga
Egoku memperlakukan Ia seolah ajimat pembungkus kemunafikanku di mata manusia
Ia yang sering ku dengar akan keutamaanya dari orang sholeh
Tapi justru Ia pula yang ku pertama kali tinggalkan
Bahkan Ia pula yang ku sering kali segan melihatnya
Ia yang tak sehingar bingar syahwat duniaku
Egoku lebih terkantuk-kantuk tatkala Ia diperdengarkan
Tatkala Ia kubaca dengana cara ritual nan membosankan
Wahai jiwa yang terang!
Tidakkah engkau menyadari
Ia sejatinya adalah pedoman hidupku
Ia sejatinya adalah penolongku
Ia sejatinya adalah petunjukku
Wahaij iwa yang terang!
Tidakkah engkau mengetahui
Ia sejatinya limpahan keberuntunganku
Ia sejatinya yang menjadi harta kekayaanku kelak
Wahai jiwa yang terang!
Tidakkah engkau merasa khawatir
Kelak Ia yang justru menjadi sebab tersungkurnya diriku
Kelak Ia yang justru akan menjadi penyesalanku
Wahai jiwa yang terang!
Kenapa Begitu mudahnya air mataku tertumpah ?!
Kenapa Begitu mudahnya kalbuku tersentuh ?!
Tatkala dendangan seruling syaithan yang kudengarkan !
Wahai jiwa yang terang!
Tidakkah engkau merasa tersentuh ?
Wahai jiwa yang terang!
Tidakkah engkau menangis ?
Tatkala Ia yang menerangkan ancaman dan siksaan ?
Tatkala Ia yang menggambarkan kesengsaraan diakhirat ...
Wahai jiwa yang telah tertutup kalbunya
Wahai jiwa yang terlena Dunia
Wahai jiwa yang takabur
Khawatirlah ketika kita melupakan Ia
Ia Adalah Al Qur’anul Karim ...