Jumat, 20 Februari 2015

Kisah Seorang Pengajar Al Qur’an

Kisah ini disampaikan oleh seorang pengajar Al Qur’an Al Karim di salah satu masjid di Makkah Al Mukarramah. Ia berkata, ”Telah datang padaku seorang anak yang ingin mendaftarkan diri dalam halaqah”. Maka aku bertanya kepadanya, ”Apakah engkau hafal sebagian dari Al Qur’an? ”Ia berkata, ”Ya”. Aku berkata kepadanya, ”Bacakan dari juz ‘Amma!” Maka kemudian ia membacanya. Aku bertanya lagi, ”Apakah kamu hafal surat Tabaarak (Al Mulk)?”. Ia menjawab, ”Ya”. Aku pun takjub dengan hafalannya di usia yang masih dini. Aku bertanya kepadanya tentang surat an-Nahl. Ternyata ia hafal juga, maka semakin bertambah kekagumanku atasnya. Kemudian aku ingin mengujinya dengan surat-surat panjang, aku bertanya, ”Apakah engkau hafal surat al-Baqarah?”. Ia menjawab, ”ya”. Dan ia membaca surat tersebut tanpa salah sedikitpun. Kemudian aku berkata, ”Wahai anakku, apakah kamu hafal al-Qur’an?”. Ia menjawab, ”ya”.

Subhaanallah, dan apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi! Aku memintanya untuk datang esok hari bersama dengan orang tuanya, sedangkan aku sungguh benar-benar takjub. Bagaimana mungkin bapaknya melakukan hal tersebut?!

Suatu kejutan besar ketika bapak anak tersebut hadir. Aku melihat penampilannya tidak menunjukkan orang yang komitmen kepada As Sunnah. Segera ia berkata kepadaku, ”Saya tahu anda heran kalau saya adalah ayahnya, tapi saya akan menghilangkan rasa keheranan Anda. Sesungguhnya dibelakang anak ini ada seorang wanita yang setara dengan seribu laki-laki. Aku beritahukan kepada Anda, bahwa aku dirumah memiliki tiga anak yang semuanya hafal Al Qur’an. Dan anakku yang paling kecil, gadis berusia 4 tahun, sudah hafal juz ‘amma”.
Aku kaget dan bertanya, ”Bagaimana bisa seperti itu?!”
Ia mengatakan bahwa ibu mereka ketika mereka mulai bisa berbicara pada usia bayi, maka ia memulainya dengan menghafalkan al-Qur’an dan memotivasi mereka untuk itu. Siapa yang menghafal pertama kali, maka dialah yang berhak memilih menu untuk makan malam hari itu. Siapa yang melakukan murajdah (setor hafalan) pertama kali, dialah yang berhak memilih kemana kami akan pergi mengisi liburan mingguan. Dan siapa yang mengkhatamkan pertama kali, maka dialah yang berhak menentukan kemana kami harus mengisi liburan. Seperti inilah istriku menciptakan suasana kompetisi (persaingan) dalam menghafal dan melakukan muraja’ah.


Ketika merenungkan dan memikirkan kisah yang penuh pelajaran ini, kami mendapati bahwa seorang wanita shalihah yang senantiasa memperhatikan kebaikan rumah tangganya, maka dialah wanita yang Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam berwasiat pada kaum laki-laki untuk memilih sebagai pasangan hidup. Meninggalkan orientasi harta, kecantikan dan kedudukan.

Maka benarlah ketika Rasulullah shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Seorang wanita dinikahi karena empat hal, karena agamanya, kedudukannya, hartanya dan kecantikannya. Maka carilah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari).
Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah” (HR. Muslim).

Selamat atasnya (ibu anak tersebut) yang telah menjamin masa depan anak-anaknya dengan menjadikan al-Qur’an sebagai pemberi syafaat kepada mereka kelak di hari kiamat.

Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ”Akan dikatakan kepada orang yang hafal al-Qur’an pada hari kiamat, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dalam kehidupan dunia, karena sesungguhnya tempat kembalimu dalam kehidupan akhir adalah sesuai dengan ayat yang dahulu engkau baca” (HR. Ibnu Hibban).

Maka bayangkanlah sekarang datangnya hari-hari itu, ketika ibu itu berdiri di padang mahsyar. Ia akan melihat anak-anaknya terus naik dan naik dihadapannya, dan tiba-tiba mereka berada di tempat yang paling tinggi. Kemudian dibawakan kepadanya mahkota al waqaar (kemuliaan) yang diletakkan di atas kepalanya.
Apa yang akan dilakukan anak-anak kita jika dikatakan kepada mereka, ”Bacalah!”
Maka kemanakah (hafalan) mereka akan sampai?
Apakah akan diletakkan di atas kepala kita sebuah mahkota?
Jika didatangkan timbangan amal, maka berapa banyak lagu-lagu yang mereka hafalkan?
Berapa banyak gambar-gambar porno yang ada dalam HP mereka?
Berapa banyak Bluetooth dengan materi menjijikkan?
Semua ini akan menjadi modal dalam timbangan amal kedua orang tua mereka.

Rasulullah shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang pemimpin atas manusia adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan anaknya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Dan seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah bahwa setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”. (HR. Bukhari).

Tidaklah Allah mengaruniakan kepada kita keturunan agar kita memperbanyak orang-orang yang bermaksiat kepadaNya. Akan tetapi agar mereka bersyukur dan ingat, apakah anak kita termasuk dari kalangan mereka?

Wahai setiap ibu, wahai saudariku semua!
Mulailah dengan mendidik dan memperbaiki anak-anak kita. Jadikanlah huruf dan ayat-ayat al-Qur’an sebagai pemberat timbangan amal kalian dan saksi bagi kalian pada hari perhitungan. Hari dimana Al-Qur’an menempati tempat yang tinggi .
Tentunya risalah ini juga untuk para bapak.
Bayangkan wahai para bapak, jika anda menjadikan anak anda hafal al-Qur’an. Setiap kali ia membaca satu huruf, anda akan mendapatkan pahala setiap huruf yang ia baca dari al-Qur’an dalam hidupnya. Maka jadilah anda dengan menjaga anak anda untuk menghafalnya dengan pertolongan dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Amin Allahuma Amiiin....... 


Sumber : http://krandon.arwaniyyah.com/artikel/122-kisah-seorang-pengajar-al-qur-an

Tidak ada komentar: